LUMAJANG – Suasana pagi di Lumajang mendadak berubah mencekam.
Pada pukul 06.17 WIB, langit di sekitar Gunung Semeru diselimuti kolom abu pekat setinggi 700 meter di atas puncak.
Letusan itu adalah yang kedua dalam rentang kurang dari satu jam, menyusul erupsi pertama yang terjadi pukul 05.34 WIB.
ADVERTISEMENT
Baca Juga:
Kunci UMKM Memenangkan Perhatian Media dan Pasar, Komunikasi Strategis Publikasi Press Release
Jan Hwa Diana Serahkan 108 Ijazah dan Dokumen Eks Karyawan yang Ditahan Tanpa Dasar Hukum

SCROLL TO RESUME CONTENT
Gunung tertinggi di Pulau Jawa itu kembali menunjukkan tanda-tanda aktivitas vulkanik yang intens.
Masyarakat sekitar diminta meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bahaya susulan, termasuk awan panas guguran dan aliran lahar.
Dua Letusan Beruntun di Pagi Hari
Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Yadi Yuliandi, melaporkan bahwa erupsi pertama terjadi pada pukul 05.34 WIB dengan kolom abu setinggi sekitar 600 meter.
Baca Juga:
Toko Furniture Modern Terbaik di Surabaya
Tim SAR Fokuskan Pencarian Korban Longsor Trenggalek Gunakan K9 dan Kesaksian Saksi Mata
Strategi Baru Bank Jatim Usai RUPSLB: Dirut Winardi, Komisaris Elite, dan Direktur Profesional
Kolom abu tersebut tampak berwarna putih hingga kelabu dan mengarah ke barat.
Letusan itu terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 20 mm dan durasi 154 detik.
Tak berselang lama, pada pukul 06.17 WIB, erupsi kedua menyusul dengan kekuatan lebih besar.
Kolom letusan teramati mencapai 700 meter di atas puncak atau sekitar 4.376 meter di atas permukaan laut.
Baca Juga:
Kredit Bermasalah Sritex, Penahanan 3 Tersangka Warnai Babak Baru Pengusutan Korupsi Rp3,5 Triliun
Penggeledahan Mendadak di Kantor Kemenaker, Dugaan Suap Terkait Tenaga Kerja Asing Terkuak
Warna abu kali ini lebih gelap dengan intensitas tebal mengarah ke barat daya dan barat.
Erupsi kedua juga terekam di seismograf dengan amplitudo yang sama, namun berdurasi sedikit lebih pendek, yakni 140 detik.
Potensi Bahaya di Jalur Besuk Kobokan
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) tetap mempertahankan status Gunung Semeru pada Level II atau Waspada.
Menurut Yadi Yuliandi, masyarakat dilarang melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara, terutama sepanjang Besuk Kobokan dalam radius delapan kilometer dari puncak.
Di luar radius tersebut, larangan juga berlaku pada jarak 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan.
Hal ini disebabkan risiko perluasan awan panas dan aliran lahar yang dapat menjangkau hingga 13 kilometer dari pusat erupsi.
Ancaman serupa juga membayangi aliran sungai lain seperti Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat, yang berhulu di puncak Gunung Semeru.
Radius Tiga Kilometer: Zona Merah Batu Pijar
Selain aliran lahar dan awan panas, warga juga diimbau untuk tidak beraktivitas dalam radius tiga kilometer dari kawah.
Area ini tergolong zona merah karena rawan terkena lontaran batu pijar yang bisa menghantam dengan kecepatan tinggi.
Dalam kondisi cuaca buruk dan hujan deras, potensi lahar hujan juga meningkat signifikan.
PVMBG menekankan pentingnya kewaspadaan di sepanjang lembah dan sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
“Lahar hujan bisa datang tiba-tiba dan membawa material vulkanik dalam jumlah besar,” ujar Yadi.
Aktivitas Vulkanik Semeru Masih Fluktuatif
Menurut catatan PVMBG, aktivitas Gunung Semeru sejak awal Mei menunjukkan peningkatan yang fluktuatif.
Meski tidak sebesar erupsi pada Desember 2021 yang menewaskan puluhan warga, intensitas letusan belakangan ini cukup konsisten.
Gunung Semeru dikenal sebagai gunung api bertipe vulkanian yang erupsinya bisa terjadi secara tiba-tiba tanpa didahului peningkatan signifikan.
Erupsi yang terjadi Kamis pagi menjadi sinyal bagi warga dan pemangku kebijakan untuk terus memantau perkembangan aktivitas vulkanik.
Beberapa sekolah di kawasan rawan telah bersiap dengan rencana evakuasi darurat jika situasi memburuk.
Mitigasi Harus Didukung Teknologi dan Kesadaran Kolektif
Kejadian erupsi beruntun ini menjadi pengingat bahwa mitigasi bencana tidak cukup hanya dengan larangan aktivitas di zona bahaya.
Perlu strategi terpadu antara edukasi publik, penguatan infrastruktur evakuasi, dan modernisasi sistem deteksi dini.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) perlu menyiapkan skenario evakuasi cepat dengan melibatkan komunitas lokal.
Pemerintah pusat juga diharapkan meningkatkan alokasi anggaran untuk sistem pemantauan berbasis sensor dan drone.
Seperti yang telah digunakan di Gunung Merapi dan diterapkan secara efektif di negara vulkanik seperti Jepang.
Sementara itu, media lokal dan nasional punya peran besar untuk menyampaikan informasi secara cepat, akurat, dan tidak menimbulkan kepanikan.
Langkah-langkah ini penting agar masyarakat tidak hanya menjadi objek bencana, tetapi subjek yang tangguh dalam menghadapi risiko geologi di masa mendatang.***
Kami juga melayani Jasa Siaran Pers atau publikasi press release di lebih dari 175an media, silahkan klik Persrilis.com
Sedangkan untuk publikasi press release serentak di media mainstream (media arus utama) atau Tier Pertama, silahkan klik Publikasi Media Mainstream.
Indonesia Media Circle (IMC) juga melayani kebutuhan untuk bulk order publications (ribuan link publikasi press release) untuk manajemen reputasi: kampanye, pemulihan nama baik, atau kepentingan lainnya.
Untuk informasi, dapat menghubungi WhatsApp Center Pusat Siaran Pers Indonesia (PSPI): 085315557788, 087815557788.
Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.
Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Infobumn.com dan Bisnisnews.com
Simak juga berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Infoekspres.com dan Serambiislam.com
Informasi nasional dari pers daerah dapat dimonitor langsumg dari portal berita Jabarraya.com dan Apakabargrobogan.com
Dapatkan beragam berita dan informasi terkini dari berbagai portal berita melalui saluran WhatsApp Sapulangit Media Center