JAKARTA – Pemerintah Indonesia bersiap mengambil langkah besar: menyetop impor bahan bakar minyak (BBM) dari Singapura.
Singapura adalah mitra dagang yang selama puluhan tahun menjadi penyangga kebutuhan energi domestik.
Keputusan ini diumumkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia dalam nada yang tegas, seolah menandai babak baru dalam kebijakan energi nasional.
ADVERTISEMENT
Baca Juga:
Kunci UMKM Memenangkan Perhatian Media dan Pasar, Komunikasi Strategis Publikasi Press Release
Jan Hwa Diana Serahkan 108 Ijazah dan Dokumen Eks Karyawan yang Ditahan Tanpa Dasar Hukum

SCROLL TO RESUME CONTENT
Namun di balik pernyataan berani itu, ada kompleksitas geopolitik dan logistik yang tak bisa diabaikan begitu saja.
Singapura, meski tak memiliki setetes pun minyak mentah, telah menjelma menjadi raksasa kilang di Asia Tenggara.
Dari negara mungil itulah sekitar 54 persen impor BBM Indonesia berasal, terutama bensin dan solar— jumlah yang setara dengan 290.000 barel per hari.
Baca Juga:
Toko Furniture Modern Terbaik di Surabaya
Tim SAR Fokuskan Pencarian Korban Longsor Trenggalek Gunakan K9 dan Kesaksian Saksi Mata
Strategi Baru Bank Jatim Usai RUPSLB: Dirut Winardi, Komisaris Elite, dan Direktur Profesional
Angka yang mencerminkan ketergantungan struktural yang tak dibangun dalam semalam.
Sentosa Shipbrokers, perusahaan broker kapal asal Singapura, bahkan memperingatkan bahwa langkah Indonesia ini bisa mengguncang pasar tanker regional.
“Jika rencana ini membuahkan hasil, tentu akan terjadi perubahan nyata bagi pasar tanker,” kata pernyataan perusahaan itu kepada Straits Times.
Isyarat bahwa keputusan Indonesia tak hanya akan berdampak domestik, tapi juga lintas batas.
Baca Juga:
Letusan Setinggi 700 Meter Guncang Pagi Lumajang dan Malang, Gunung Semeru Kembali Erupsi.
Kredit Bermasalah Sritex, Penahanan 3 Tersangka Warnai Babak Baru Pengusutan Korupsi Rp3,5 Triliun
Penggeledahan Mendadak di Kantor Kemenaker, Dugaan Suap Terkait Tenaga Kerja Asing Terkuak
Bahlil sendiri mengklaim sudah mengevaluasi harga beli BBM dari Singapura dan membandingkannya dengan harga dari negara-negara Timur Tengah.
Hasilnya, kata dia, tak ada perbedaan signifikan.
“Kalau begitu kita mulai berpikir bahwa mungkin – bukan kata mungkin lagi nih – sudah hampir pasti kita akan mengambil minyak dari negara lain,” ujarnya, dalam gaya bicara yang khas, campuran antara spontanitas dan kalkulasi.
Targetnya ambisius: dalam enam bulan, pengalihan jalur impor harus mulai berjalan.
Untuk itu, Pertamina tengah membangun dermaga raksasa demi menerima kapal-kapal supertanker yang tak bisa merapat ke pelabuhan-pelabuhan kecil seperti selama ini.”
“Kalau dari Singapura kan kapalnya kecil-kecil. Itu juga salah satu alasan. Maka pelabuhannya diperbesar, dan kedalamannya harus dijaga,” jelas Bahlil.
Yang lebih menarik, sebagian impor BBM itu kabarnya akan dialihkan ke Amerika Serikat – negara yang kini kembali dipimpin Donald Trump.
Seorsng tokoh populis yang terkenal dengan kebijakan tarif tinggi dan pendekatan transaksional dalam diplomasi ekonomi.
“Kita harus membeli beberapa produk dari mereka. Di antaranya adalah BBM, crude, dan LPG,” kata Bahlil, mengakui bahwa keputusan ini punya nuansa politis.
Tapi keputusan strategis ini menimbulkan sejumlah pertanyaan mendalam.
Apakah Indonesia benar-benar siap menggantikan Singapura dengan pemasok lain tanpa mengganggu stabilitas pasokan energi nasional?
Apakah infrastruktur, termasuk pelabuhan dan rantai logistik, cukup siap menampung perubahan mendadak ini?
Lebih jauh lagi, adakah jaminan bahwa minyak dari Amerika Serikat akan selalu lebih murah dan lebih mudah diakses ketimbang dari negeri jiran yang selama ini berperan sebagai hub energi regional?
Rencana Bahlil, sekilas, terdengar sebagai upaya berani untuk mendiversifikasi sumber energi dan memperkuat posisi tawar Indonesia.
Tapi bila tak dihitung secara matang, langkah ini bisa berubah menjadi manuver geopolitik yang lebih banyak mengundang pertanyaan ketimbang solusi.
Apalagi, saat pasar global tengah dirundung ketidakpastian dan konflik di berbagai belahan dunia menekan rantai pasok energi.
Seperti kata pepatah: keluar dari satu ketergantungan, bisa berarti masuk ke dalam ketergantungan yang lain—dengan risiko yang belum tentu lebih kecil.***
Kami juga melayani Jasa Siaran Pers atau publikasi press release di lebih dari 175an media, silahkan klik Persrilis.com
Sedangkan untuk publikasi press release serentak di media mainstream (media arus utama) atau Tier Pertama, silahkan klik Publikasi Media Mainstream.
Indonesia Media Center (IMC) juga melayani kebutuhan untuk bulk order publications (ribuan link publikasi press release) untuk manajemen reputasi: kampanye, pemulihan nama baik, atau kepentingan lainnya.
Untuk informasi, dapat menghubungi WhatsApp Center Pusat Siaran Pers Indonesia (PSPI): 085315557788, 087815557788.
Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.
Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Infoemiten.com dan Panganpost.com
Simak juga berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Infoseru.com dan Poinnews.com
Informasi nasional dari pers daerah dapat dimonitor langsumg dari portal berita Jatengraya.com dan Hallobandung.com
Dapatkan beragam berita dan informasi terkini dari berbagai portal berita melalui saluran WhatsApp Sapulangit Media Center